31.8.09

hari pertama uda pokeran euy ;)


Puasa memang bikin konsentrasi anjlog, suasana kelas yang tidak mendukung sama sekali membuat pikiran tambah buyar. Entah mengapa dosen2 yang masuk hari ini pun setali tiga uang, berasa hambar2 semua. Meski semuanya adalah internis-internis senior yang berpengalaman, tapi penyampaian materinya terlalu kaku, sangat textbook. Ruang kuliah yang pindah-pindah gara-gara gedung FK lagi dibangun juga benar2 merepotkan. Belom lagi kuliahnya digabung seangkatan. Jadinya dua kelas bertumplek jadi satu dalam satu ruangan. 200 orang dalam satu kelas! Beeh, panas abiz. Benar-benar menciutkan hasrat belajar..

Hari ni aku kebagian bangku belakang..[biasalah anak rajin]. Meski di belakang, yang penting kan niatnya lurus; menuntut ilmu [hwahaha, gaya tenan]. Pagi tadi sempet fresh, suara dr.totok jam pertama memang lumayan oke. Masuk kuping kanan, kusetop, dicerna, masuk hardisk. Tapi belakangan kelas makin rame. Mungkin perasaan jengah hinggap di benak temen2ku lebih awal. Jadi repot dah ndengerin dosen ngajar dalam kondisi kelas yang rame. boro boro masuk kuping kanan. kedengeran aja nggak..


Makin siang makin ada-ada saja tingkah temen-temenku. Ada yang ngobrol ma temen bangku sampingnya. Ada yang buka hape fesbook-an, sms-an, ato YM an. Ada yang kayaknya serius ngeliat dosen di depan, tapi pandangannya kosong. Rata-rata juga pol2an teklak tekluk ngantug, bahkan mpe ketiduran. Untung aku cuma kiyip2 aja, gak sampe ngorog. Bisa gawat ntar. Mungkin kuliah dosen berasa seperti nyanyian nina bobo siang hari..

Tapi nih, yang paling unik, qo ya ada loh temen2ku yang sempet2nya pokeran.. hahaha. Ngeliat gitu berasa gimanaa gt. Dari perasaan geli, jengkel, ma kaget campur aduk jadi satu. Bener2 gak jelas. Mau ikutan main, qo nggak bisa. Nggak ikut maen, qo ya pengen.. haha. Gojeg cah. Tapi beneran, dosen jam terakhir tadi banar2 paling hambar. Paling texbook. Dan paling mbosenin. Mending baca dhewe bukunya daripada ikutan kuliah g efektif kaya tadi. Palagi waktunya kan bisa buat tadaruzan.. yuk ayuk.. udah mpe juz berapa. Ni bulan ramadhan.. manfaatkan waktu kita sebaik2nya.

Keep spirit!! Happy ramadhan :)

Read More ...

molen, riwayatmu dulu

Jam tanganku udah nunjukin pukul 5 lewat. Ini hari senin. Sengaja sore ni aku mampir warung burjo belakang kampus sebelum ke kos. Maklum besok da rapat dan masih banyak tugas menumpuk di kos; nyapu, nyuci, kasi makan cupangku. Dan kini aku lapar. Hehe, sebenernya bukan alasan tepat sih untuk mampir di warung burjo ini. Bukan pula burjonya loh ya yang bikin aku mampir. Tapi karena molennya... hag3. Iya. Aku rindu molen warung sini. Habis enak. Rasanya engga ‘njelehi’. Ada rasa pisang, nanas, dan kacang ijo. Molen pisang sih biasa ya. Palagi kacang ijo. Di jogja ada. Tapi nanas jarang2 nemu tuh. Palagi molennya pas anget habis digoreng gt. Beeh,.. nyahut.. enag banget bro. Tepung terigunya gurih, sedikit manis. Digoreng dengan tekstur tidak terlalu keras, dan lembut di lidah.. paduannya dengan nanas yang memberi rasa kejutan dengan sensasi asem manisnya yang waw itu. Hhheh. Ashoey berat mah! Makan molennya cukupan 2 biji. Sanding dengan segelas kopi anget. Tentu sambil nungguin pesenan mi rebus telur. Aku sering banget kesini. Ketika perut melilit di tengah malam, apalagi pas masa-masa ujian tiba. Berhubung 24 jam warung ni buka, molen selalu tersedia. Ahh, suatu saat nanti, andai aku ngga di solo lagi tentu warung ini bakal jadi kenangan kelak. Yang menemani hari-hariku di kota batik ini. Menjadi saksi bisu perjuanganku.

Read More ...

30.8.09

cita-citaku semanis jus strowberi^


“Tanpa susu mas..”, kataku. Stroberi original memang jus favoritku. Malem ni nyegaja aku mampir kios “Mr.Juice” yang buka mpe jam 10 malem. Disamping emang rindu, badanku yang kaga fit berasa perlu asupan vitamin C lebih. Badanku kaku seharian. Berangkat dari jogja jam setengah lapan pagi buat memburu rapat osmaru jam 9. Belum jg da janjian ma dokter nanang di lab anatomi jam 11. Nyari bahan skripsi. Hadew, benere kegiatan yang menyenangkan lho. Tapi entah mengapa badanku berasa berat sore tadi. Mata ni lengket abis. Mungkin rebahan sejenak cukup membantu. Makanya, begitu nyampe kos jam setengah tiga aku rebahan, berharap azan ashar bisa mbangunin aku dari tidurku.. tapi ternyata, tahukah kamu jam berapa aku bangun? Jam 5.12. Parah!!

Lagi aja minum dua sruputan kecil jus stroberi. Aku baru sadar kalo jalan surya ini emang rame. Lalu lalang kendaraan seperti nggak henti-hentinya melintas. Sampai perhatianku tertuju pada seorang ibu dengan motor honda astrea impressa yang mboncengin ketiga anaknya yang berseragam SD. Jam segini?? Seragam SD?? Hmm. Yang menarik perhatianku justru bukan anak SD nongol jam segini.. tapi pemandangan semacam ini mengingatkanku pada sosok orangtua yang bener2 rela, tulus ikhlas membanting tulang buat masa depan anak2nya. Entah mengapa hatiku trenyuh. Begitu melihat hal ini aku jadi ingat siang tadi. Di lab anatomi sembari menunggu dokter nanang tiba aku ngobrol dengan penjaga lab. Beliau bercerita tentang kedua putrinya. Dengan bangganya beliau menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan mengantarkan putrinya yang kini telah sukses bekerja di Bank Indonesia. Matanya nanar. Bergetar hatiku. Sinar matanya seakan penuh rasa syukur, gembira, dan rasa bangga ketika bercerita betapa kini putrinya telah menjadi orang yang sukses. Benar adanya jikalau orangtua sungguh menaruh harapan di pundak kita. Mengharapkan keberhasilan kita. Mengharapkan yang terbaik. Pun melihat kita berhasil adalah cita-cita tulus mereka. Betapa bahagianya mereka ketika harapan mereka terwujud. Ada rasa haru yang merasuk. Aku ingat bapak ibu di jogja sana. Betapa beratnya menghidupiku di kota solo ini. Betapa besar curahan kasih sayang mereka yang seakan tak bertepi.. Mereka bekerja siang malam membanting tulang di sana tentu mengharap yang terbaik bagiku. Aku jadi sadar betapa besar harapan mereka padaku..

Hmm, tak terasa jus strawberi di tanganku udah habis.. hari juga udah agak malam. Aku musti segera cari aqua literan untuk persediaan beberapa hari di kota ini. Maklum, galon ‘total’-ku uda habis..

Sembari menstarter honda supra-ku, kuberikrar dalam hati: “pak... bu’... aku akan memberikan yang terbaik buat kalian...” ^

Read More ...

29.8.09

“dirimu bak rembulan di angkasa..”


Cukup beralasan ketika banyak pria mengibaratkan paras wanita seindah rembulan. Memang di angkasa bulan terlihat indah, tapi dalam jarak dekat, sejatinya permukaan bulan tidaklah rata, penuh kawah2 curam dan sangat jauh dari kesan indah. Begitulah wanita, ketika lajang benar-benar mempesona, namun setelah didekati dan dipinang, di mata pria ia akan berubah menjadi momok yang menggetarkan bulu kuduk. Menyeramkan dan sangat ditakuti. Begitulah kiranya yang dirasakan para suami takut istri.

Bulan memang nampak indah di langit yang bersih. Apalagi dengan hamparan jutaan bintang yang berkilauan. Ketika purnama penuh, bulan memiliki performa pesona penuh. Benar-benar sangat lugas. Tak ada yang ditutup2i. Tak ada yang menolak berdecak kagum mengatakan purnama itu indah. Sedang dalam beberapa hari terakhir, bulan berpenampilan lain. Bulan sabit yang lentik nampak tersenyum centil, malu-malu menampakkan wajahnya. Sikapnya yang sembunyi-sembunyi dan memendam misteri ini malah menarik hati, menggugah rasa keingintahuan siapapun yang memandangnya. Begitulah, baik bulan sabit maupun purnama, keduanya memiliki pesona tersendiri dalam menggambarkan perempuan. Di mata pria, apa pun yang lugas dan terbuka maupun yang sedikit tertutup tentu sangatlah menarik. Keduanya benar-benar menyita hati pria. Disangkal maupun diakui, objektivitas naluriah pria memang demikian adanya.

Bulan memiliki siklus dalam peredarannya. Satu bulan siderik maupun satu bulan sinodik sama-sama menggambarkan rangkaian siklus bulan yang berulang. Dalam siklus tersebut penampakan bulan pun berlainan. Dalam tenggat purnama, bulan sangat cerah berseri. Namun saat bulan mati langit malam berasa hitam kelam, sesuai slogan; “ga ada bulan ga rame!!:p”. Begitulah pula wanita. Siklus bulanan yang mereka dapati membuat emosi diri mereka tidak stabil. Iya kalau lagi enak diajak ngobrol seperti putri dari kahyangan, kalau lagi “bad mood” hari pertama, nggak beda jauh sama ayam lagi ‘angrem’. Benar-benar m.e.n.y.e.b.a.l.k.a.n!!

Memang. Wanita unik bagai rembulan..

Read More ...

Poligamist vs poligamers

Rata PenuhDua kata yang cukup menggelitik. Berasa kata dasarnya sama? Sebenarnya tidak sama sekali. Tapi kalo dipaksain supaya sama, maknanya jadi rada kritis. Sepintas membaca keduanya, seakan kata2 ni berawal dari satu kata; poligami. Yupz. Satu kata yang menggunjing daerah abu-abu kaum perempuan.

Sebenernya kata ‘poligami’ lebih lekat pada kata ‘poligamist’ yang mana poligamist secara bahasa bolehlah diartikan sebagai ‘orang yang ber-poligami’. Sedang kata ‘poligamers’ yang notabene secara tata bahasa merupakan paduan dari awalan poli-, game, dan akhiran –er(s) lebih tepat diartikan sebagai pemain (banyak) game.. Beeh. Berasa hambar ni mbahas secara normatif. Kurang kerjaan banget ya bahas kata-kata berdasar tata bahasa. Tapi ternyata seru juga kalo kata poligamers disandingkan dengan kata ‘poligamist’... weitz! Alhasil si ‘poligamers’ terpaksa ngikut—tepatnya, diruda paksa—untuk mengadopsi ‘poligami’ sebagai kata dasarnya. Nah lo, sekarang apa kita bisa mbedain antara poligamist dengan poligamers??
Hmm, secara intuisi boleh2 saja bukan berargumentasi untuk membuat kata lebih menarik? Poligamist lekat sebagai orang yang memang berpoligami secara seharusnya. Dengan berbagai macam konsekuensi logis dan psikologisnya. Sedang poligamers berasa lebih cocok dengan orang-orang yang hanya bermain semata. Lebih berkonotasi negatif. Dimana gamers tak hanya berlingkup objek memainkan software program semata, tapi juga perasaan wanita (meski banyak juga loh wanita yang memainkan perasaan laki2, hehe. Laknatullah atas mereka!). Pokoknya laki2 yang mengutak atik agama sebagai kedok berbuat sunnah, tanpa mengindahkan kewajiban2 pasti, merupakan sebuah kejahatan besar. Duh, payah tenan dah orang ni. Yang jelas, menikahi lebih dari seorang wanita harus dalam tendensi dunia akhirat. Makanya, hati2 ya para calon2 ibu, untuk bisa lebih cerdas membedakan mana poligamist dan mana poligamers. Kalo menurutku mah lebih ashoy ‘tunggal putra-tunggal putri’, he, ganda campuran maksudnya.... ^

Read More ...

tak sebatas berjaya di got

“Jangan pernah merasa takut, yang takut hanya cecurut”. Ni kata-kata almarhum Hari Roesli dalam suatu iklan di layar kaca sekitar lima tahun yang lalu. Meski uda ‘jadul’, tapi kata-kata ini berasa menohok. Iklan pas semasa aku SMA ni simple. Tapi cukup mengena. Apalagi bagi pecundang bermental cecurut kaya aku. Walau pecundang, siapa mau dikata mirip tikus curut! Makanya kata-kata bung Hari ni terasa dalem. Sangat lekat hingga ku ingat sampe saat ini.

Tikus curut itu bukan tikus werog yang gedhe itu. Yang kekar. BMI nya overload. Yang diminati bakul2 mie ayam buat melirik sumber daging ‘ayam’-nya yang baru. Haha. Tentu cukup beralasan kalo dr.Tantoro menyuruh kita makan tuh hewan pengerat. Memang kandungan proteinnya tinggi, tapi benar-benar jauh dari sertifikat ‘halal’ MUI. Tikus curut juga tak semenarik tikus whistar yang putih itu. Yang selalu aja jadi primadona sample uji di lab-lab kesehatan. Tikus curut juga jauh beda dengan tikus rumah yang pinter loncat ma manjat itu. Tikus curut menghuni kasta terendah dalam dunia per-tikusan. Mereka tinggal di got-got yang bau. Tanpa di comberan pun mereka sudah bau dengan aroma khasnya yang memuakkan itu. Disamping memang tubuh mereka yang kecil item, jauh dari kesan mungil dan menggemaskan. Whatever. Tapi aku paling benci disamakan dengan curut.

Bukan berarti aku menghina curut lho. Tapi hidup manusia tidak bisa dikatakan seperti curut. Lagian curut mana yang bisa hidup kayak manusia. Itu dua variabel tak berhubungan. Kalau digayutkan secara radikal, akan muncul istilah humanis ‘tidak berperikemanusiaan’. Tapi penggunaan paduan keduanya dalam kontekstual yang tepat bakal memberi makna lebih. Makanya kata-kata bung Hari sangat berarti bagiku. Paling tidak hasratku lebih berkobar setelah mendengarnya. Hari ini aku ingin mengingatnya kembali lekat-lekat. Aku ingin menancapkan lagi apa yang dulu pernah ada di hati ini; S.E.M.A.N.G.A.T.K.U. Semangat irfan !!

Read More ...

cuek lebih kejam daripada pembunuhan

Gang dari masjid Al-Manar sampe kos benar-benar terang. Sholat isya malam ini semestinya menyenangkan. Tapi rupanya hatiku tak seceria rembulan yang wajahnya pulen bahagia di atas sana. Raut sembab mukanya seakan menertawakan aku yang sedang pilu. Menjadikanku ciut. Lembayun guyuran sinarnya yang gemilang menelanjangiku, seakan rasa malu ini terlihat gamblang olehnya. Ahh, betapa lugasnya kurasa skenario ilahi. Entah mengapa,terlintas begitu saja apa yang pernah kubaca dahulu dalam buku “The Miracle of water” karya Massaru Emoto. Bahwa air berisi nasi ketan yang diberi ucapan-ucapan yang baik, ternyata menghasilkan air tape yang wangi, sedang yang diberi kata-kata buruk, menghasilkan nasi ketan yang menghitam. Tapi yang menyentakkan adalah air dengan nasi ketan tanpa diberi kata-kata apapun, ternyata menjadikan nasi ketan yang busuk dengan aroma yang memuakkan, jauh lebih buruk daripada air dengan nasi ketan yang dicaci maki.

Artinya apa? Begitulah manusia. Ternyata didiamkan itu menyakitkan. Jauh lebih menyakitkan daripada dicaci maki. Didiamkan artinya keberadaan seseorang adalah tidak dianggap dan diabaikan. 70% tubuh kita ialah air. Maka sebenarnya eksistensi manusia begitu terkait dengan sifat-sifat dasar air. Analogisme itu begitu terasa malam ini. Dalam langkahku, begitu trenyuh diriku ketika aku sadar bahwa aku mengenyamnya; terabaikan dan tidak dianggap.

“Hati ini lara terkoyak
Ranum jiwa ini meredup jengah
Lantunan nada itu mungkin tak indah bagimu
Tapi aku merajutnya dengan dawai mahkotaku
Membingkainya dengan roman surgawi
Ahh, mungkin ku salah sangka
Mungkin ku salah duga
Tapi ku tak peduli lagi
Yang kini tlah kusadari, inilah aku,.
Yang terjebak dalam derit sayat hati”

Hmm, syair ini cukup. Cukup meredakan hatiku yang sudah mulai lunglai. Mungkin inilah jerit hati terakhirku di dalam sana. Sebelum ia mulai layu, menghitam, dan membusuk seperti nasi ketan itu.. menebar aroma liar yang arogan, menyengat, dan tanpa maaf.

Read More ...

cavatina feat romance de amor


Lagu “cavatina” emang lebih enak didengerin daripada “romance de amor”.

Aku bukan extremis lagu jazz, tapi aku juga tidak pro lagu classic. Tidak serta merta lagu2 jazz lebih baik daripada classic. Meski untuk lebih mudah bermain jazz seseorang sebaiknya memiliki basic penguasaan teknik-teknik lagu classic, tentu bukan berarti jazz berkasta lebih tinggi daripada classic. Semua memiliki ciri dan kekhasan masing-masing.

Note petikannya memang lebih rumit, tapi jelas bukan itu yang membuat cavatina lebih berasa di hati. Bagiku, cavatina lekat pada hal-hal rumit, dinamis, perfeksionis, sekaligus melankolis dan romantis. Sedang romance de amor sarat akan kesederhanaan, stagnansi, lugas, mudah, romantis dan apa adanya. Keduanya menampilkan sisi yang hampir berseberangan. Aku lebih suka pada hal-hal yang dinamis dan lebih rumit maka tidak keliru andai aku mengatakan cavatina lebih baik daripada romance de amor.

Sebagaimana seorang wanita lebih menyukai bunga anggrek daripada mawar, atau musisi yang lebih senang memilih gitar fender daripada gibson, terdapat kebebasan di sana. Pun dengan latar belakang alasan irasional bin emotif sekalipun. Mengingat kembali bangsa ini yang pernah (dan masih) suka berpikir emotif, aku jadi geli sendiri. Ambil saja contoh, bagaimana kualitas kepemimpinan seorang jusuf kalla masih dianggap kurang oleh rakyat daripada seorang Megawati? Rakyat kita masih mengelukan sosok Soekarno yang benar-benar disegani dunia. Soekarno yang proklamator itu hebat. Namun, adakah jaminan anaknya juga hebat? Soekarno membangun bangsa. Tapi, putrinya malah menjual (aset) bangsa. Berapa aset negara yang terjual? Satelit palapa aja yang kita bangga2kan itu turut dijual. Masyarakat pengguna web kudu ngerti ni kalo kita bergantung kabel bawah laut. Kalo selat malaka gempa, kabelnya ke”cut”, tamatlah indonesia jadi negara terpencil. Pada nggak bisa online-an lagi. Transaksi online ngadat. Bakal kayak apa ya ekonomi kita.. Nah lo, dengan track record kaya gini bagaimana megawati masih meraih suara hampir 30% rakyat kita pada pilpres kemaren? Benar-benar emotif dan tak logis.

Maka benar adanya bahwa pilihan hati mencerminkan diri. Mungkin rakyat kita masih terlalu emotif. Lebih memilih artis menjadi walikota ketimbang para politikus ulung yang mumpuni di bidangnya. Lebih bersimpati pada orang teraniaya padahal belum mengerti tendensi yang melandasi; fenomena inul & manohara. Walaupun toh sebenarnya aspek emotif memang tidak selalu lebih buruk daripada aspek rasio. Hal ini dikarenakan refleksi atas pilihan yang diambil jelas tidak 100% melukiskan keadaan diri sesungguhnya dari seseorang. Maka dari itu, boleh2 sajalah mengatakan cavatina lebih bagus daripada romance de amor. Meskipun aku suka keduanya, tapi Cavatina lebih merefleksikan diriku. Cavatina lebih menyita aspek emotifku. Tentu berdasar pada segala aspek logis dan psikologis yang kurasakan..

Read More ...
Powered by Blogger.

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP