Poligamist vs poligamers
Dua kata yang cukup menggelitik. Berasa kata dasarnya sama? Sebenarnya tidak sama sekali. Tapi kalo dipaksain supaya sama, maknanya jadi rada kritis. Sepintas membaca keduanya, seakan kata2 ni berawal dari satu kata; poligami. Yupz. Satu kata yang menggunjing daerah abu-abu kaum perempuan.
Sebenernya kata ‘poligami’ lebih lekat pada kata ‘poligamist’ yang mana poligamist secara bahasa bolehlah diartikan sebagai ‘orang yang ber-poligami’. Sedang kata ‘poligamers’ yang notabene secara tata bahasa merupakan paduan dari awalan poli-, game, dan akhiran –er(s) lebih tepat diartikan sebagai pemain (banyak) game.. Beeh. Berasa hambar ni mbahas secara normatif. Kurang kerjaan banget ya bahas kata-kata berdasar tata bahasa. Tapi ternyata seru juga kalo kata poligamers disandingkan dengan kata ‘poligamist’... weitz! Alhasil si ‘poligamers’ terpaksa ngikut—tepatnya, diruda paksa—untuk mengadopsi ‘poligami’ sebagai kata dasarnya. Nah lo, sekarang apa kita bisa mbedain antara poligamist dengan poligamers??
Hmm, secara intuisi boleh2 saja bukan berargumentasi untuk membuat kata lebih menarik? Poligamist lekat sebagai orang yang memang berpoligami secara seharusnya. Dengan berbagai macam konsekuensi logis dan psikologisnya. Sedang poligamers berasa lebih cocok dengan orang-orang yang hanya bermain semata. Lebih berkonotasi negatif. Dimana gamers tak hanya berlingkup objek memainkan software program semata, tapi juga perasaan wanita (meski banyak juga loh wanita yang memainkan perasaan laki2, hehe. Laknatullah atas mereka!). Pokoknya laki2 yang mengutak atik agama sebagai kedok berbuat sunnah, tanpa mengindahkan kewajiban2 pasti, merupakan sebuah kejahatan besar. Duh, payah tenan dah orang ni. Yang jelas, menikahi lebih dari seorang wanita harus dalam tendensi dunia akhirat. Makanya, hati2 ya para calon2 ibu, untuk bisa lebih cerdas membedakan mana poligamist dan mana poligamers. Kalo menurutku mah lebih ashoy ‘tunggal putra-tunggal putri’, he, ganda campuran maksudnya.... ^
Sebenernya kata ‘poligami’ lebih lekat pada kata ‘poligamist’ yang mana poligamist secara bahasa bolehlah diartikan sebagai ‘orang yang ber-poligami’. Sedang kata ‘poligamers’ yang notabene secara tata bahasa merupakan paduan dari awalan poli-, game, dan akhiran –er(s) lebih tepat diartikan sebagai pemain (banyak) game.. Beeh. Berasa hambar ni mbahas secara normatif. Kurang kerjaan banget ya bahas kata-kata berdasar tata bahasa. Tapi ternyata seru juga kalo kata poligamers disandingkan dengan kata ‘poligamist’... weitz! Alhasil si ‘poligamers’ terpaksa ngikut—tepatnya, diruda paksa—untuk mengadopsi ‘poligami’ sebagai kata dasarnya. Nah lo, sekarang apa kita bisa mbedain antara poligamist dengan poligamers??
Hmm, secara intuisi boleh2 saja bukan berargumentasi untuk membuat kata lebih menarik? Poligamist lekat sebagai orang yang memang berpoligami secara seharusnya. Dengan berbagai macam konsekuensi logis dan psikologisnya. Sedang poligamers berasa lebih cocok dengan orang-orang yang hanya bermain semata. Lebih berkonotasi negatif. Dimana gamers tak hanya berlingkup objek memainkan software program semata, tapi juga perasaan wanita (meski banyak juga loh wanita yang memainkan perasaan laki2, hehe. Laknatullah atas mereka!). Pokoknya laki2 yang mengutak atik agama sebagai kedok berbuat sunnah, tanpa mengindahkan kewajiban2 pasti, merupakan sebuah kejahatan besar. Duh, payah tenan dah orang ni. Yang jelas, menikahi lebih dari seorang wanita harus dalam tendensi dunia akhirat. Makanya, hati2 ya para calon2 ibu, untuk bisa lebih cerdas membedakan mana poligamist dan mana poligamers. Kalo menurutku mah lebih ashoy ‘tunggal putra-tunggal putri’, he, ganda campuran maksudnya.... ^