29.8.09

Perempuan

Sudah hampir setahun aku berkepala dua. Artinya, sudah hampir 21 tahun aku ada. Sudah hampir 21 tahun aku belajar mengenal apapun di sekitarku. Menyelami hidupku. Semua nampak serasi dan wajar. Mudah-mudah saja memahami itu semua. Hanya ada satu yang sampai sekarang aku belum paham; makhluk yang bernama perempuan..

Mungkin tidak berlebihan jika aku bertanya, “apa itu perempuan?” Akan ada banyak versi jawaban yang aku yakin tersirat di benak kita semua dengan lontaran pertanyaan macam itu. Mengapa tersirat? Ya karena pertanyaan ini retoris. Andai tertulis, tentu butuh jutaan galon tinta hanya untuk menjawab secara komplit pertanyaan sesederhana itu.

Ibuku juga perempuan. Setahuku dialah yang membesarkan aku. Membelaiku ketika aku sedih. Melindungiku ketika dalam bahaya. Selalu berusaha memberikanku yang terbaik dari kedua belah tangannya. Dan dialah makhluk perempuan pertama yang aku kenal. Bahkan meski makhluk pertama yang paling dekat denganku adalah perempuan dan aku telah dilahirkan dari rahimnya hampir 21 tahun yang lalu, kini tetap saja bercokol pertanyaan itu; “apa itu perempuan?”

Makin ku beranjak dewasa bukannya aku makin tahu dan mengenal mereka. Justru aku makin bingung dibuatnya. Mereka bertebaran di mana-mana. Sedari TK hingga kuliah kini, tetap saja ada makhluk yang bernama perempuan itu. Aku tahu. Aku hafal nama-nama sebagian dari makhluk itu. Alamatnya, nomer henphonenya, hobinya, kesukaannya, hingga wajahnya pun aku hafal betul. Tapi itu semua tidak mampu menjawab pertanyaan; “apa itu perempuan?”

Tingkah mereka aneh. Banyak variannya. Udah cengeng. Cerewet. Gampang marah. Mudah tersinggung. Pemalu. Sok imut. Sok suci. Ahh, terlalu ‘lebaiy’ untuk dijabarkan semuanya. Terlalu buang waktu pula untuk membahas ini semua. Apalagi sifat ini berubah-ubah berdasarkan siklus bulanan mereka. Ahh, benar-benar makhluk yang unik.

Sebagian dari mereka memang menarik. Tapi sebagian dari mereka juga menyebalkan. Cukup menyebalkan malah. Tak sedikit yang overprotektif; benar2 say no to lelaki! Tapi ada juga yang berbangga ria dikerubuti kaum lelaki, open2 saja dengan semua lelaki. Benar-benar dikotomi yang luar biasa membingungkan.

Cukup sesak hati ini untuk berbesar hati mengejar mereka, apalagi dengan anomali yang mereka timbulkan. Cermati saja, bukankah sudah sunnatullah-nya ya ayam jantan mengejar ayam betina? Lihat juga bunga kamboja yang menarik hati lebah madu. Tapi sekarang kita lihat makhluk bernama perempuan, justru terkadang merekalah yang sengaja mencari mangsa di sana sini hingga dunia ini berasa terbalik. Apa ada bunga yang mengejar kumbang atau ayam betina yang menggoda ayam jantan memintanya untuk dikawini?? Lebih ekstrem lagi mereka sekarang mulai berani memperkosa kaum lelaki. Apa? Memperkosa?? Nggak ada vocab yang lebih sadis lagi kah?? Hmm, kata ‘memperkosa’ selalu saja diartikan laki-laki yang meruda paksa seorang perempuan. Selalu ada kata ‘paksaan’ dan ‘kekerasan fisik’. Apa dengan makna yang sama kita mengartikan perkosaan yang dilakukan oleh perempuan?? Tidak sama sekali. Perkosaan kaum perempuan lebih kepada cara mereka bersikap di depan laki-laki. Cermati ketika makhluk perempuan ini datang pada seorang laki-laki yang kontrakannya sedang kosong dengan pakaian yang minim dan sikap yang menggoda. Apa yang akan terjadi? Naudzubillah. Inilah perkosaan pada laki-laki. Belakangan pun makhluk ini pengen sejajar jadi imam sholat berjamaah menggantikan posisi imam laki-laki. Lebih parah lagi makhluk ini pernah jadi presiden negeri ini dan kini ia mau menjajalnya kembali. Inikah emansipasi yang mereka sodorkan? Benar-benar anomali yang luar biasa. Tentunya koridor emansipasi semestinya tidak menyinggung hukum sunnatullah, apalagi mencoba mematahkannya.

Tapi entahlah. Bagiku mereka tetap makhluk yang aneh. Apapun yang mereka kerjakan.
Mungkin butuh jutaan watt listrik untuk menghidupkan ribuan lampu demi menerangi makhluk ini supaya lebih jelas lagi. Lampu lilin sebiji yang kubawa ini benar-benar hanya remang-remang saja. Ahh, andaipun bisa aku pengen mengerti. Andaipun bisa aku pengen memahami. Apatah daya?

Bagiku perempuan tetap saja begitu. Tetap misterius.

Powered by Blogger.

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP