Renungan: Antara Ada dan Tiada
Genangan itu kian luas. Dipandanginya pelataran rumah yang
kini dipenuhi kubangan lumpur, basah karena hujan. Petir masih sesekali menderu
bersahutan, menggelegar dari sudut-sudut mendung yang pekat kelabu di atas sana.
Tiba-tiba, tetesan air dari beranda rumah
yang bocor mengejutkan lamunannya. Bowo terperangah.
Entah sudah berapa lama ia tepekur di kursi goyang butut, memandangi
halaman rumahnya yang sedang bermandi hujan. “Arteta,. Oh Arteta..” gumamnya
sembari menyeka dahinya yang basah karena tetesan hujan. Dihisapnya batang tembakau itu dalam-dalam.
Berharap kehangatan di dadanya dapat menyeka kegalauan hatinya. Entah sudah
batang yang ke berapa. Tembakau memang bakal merongrong usianya, sebagai
seorang dokter ia tahu betul akan hal itu, tetapi masalah yang ia hadapi terasa
lebih penting daripada sebuah urusan hidup dan mati.
Sudah seminggu berlalu semenjak Arteta, kekasih hati yang ia
dambakan pergi meningalkan dirinya. Namun bukan itu yang menyesakkan batinnya.
Keanehan demi keanehan yang ia hadapi akhir-akhir ini membuat hidupnya tidak tenang.
Hal yang sukar dimengerti logika. Mungkin ini salah satu bukti bahwa ketulusan
cinta mampu menembus dimensi ruang dan waktu. Menembus akal sehat yang membuat
kita terperangah. Berikut adalah kisah nyata
antara Bowo dan Arleta (bukan nama sebenarnya) yang terjadi baru-baru ini di
wilayah Jawa Barat. Alamat, rincian kejadiannya juga turut disamarkan demi
menghormati keduanya yang juga teman sejawat satu profesi dengan penulis.