Saat Hujan Membasahi Hati, Tukang Cukur Pun Tersenyum
Khas. Begitulah aroma hujan. Sensasional dan entah mengapa
aromanya laksana kafein saja, membuatku ingin melakukan banyak hal. Nada hujan
memang tidak semerdu musik pop, tetapi rintikannya kala menyapa genting,
menegur dedaunan di luar sana, dan saat akhirnya harus berjibaku dengan bumi
yang tak pernah haus melahap jutaan galon cucuran hujan dari atap-atap langit
seakan memberikan nuansa yang merindukan. Sejuk dan damai, sehenyak berdesir
hati ini. Mungkin hanya dua hal yang ingin kulakukan kala hujan menyapa: tidur
nyenyak dengan berselimut kehangatan, atau tetap terjaga dengan secangkir kopi
hangat di meja.
Tidak seperti malam-malam lalu, sudah berjam-jam hujan
membasahi kota Jogja. Mungkin memang dia ingin melepas kerinduan dengan kota
tuaku tercinta ini. Iramanya yang konstan mengiringiku malam ini untuk sekedar iseng-iseng
browsing. Kaskus, satu forum yang penuh inspirasi ini tak pernah terlupa
kubuka. Terutama kala luang seperti ini. Sembari ditemani kopi kental pahit
yang mengepul panas. Ahh, nyaman sekali gumamku. “Hujan dan kopi panas, dua
sejoli yang amat jarang kutemui bersamaan..”
Lounge, forum Kaskus yang menurut hematku paling
mengasikkan. Paling ramai, paling kocak, paling unik dan paling rusuh juga..
haha. Apapun bisa diposting di sini. Justru dinamika nano-nano inilah yang
membuat tempat hang-out online ini
menarik. Banyak inspirasi dan info yang bisa digali dari sini. Tiba-tiba aku terhenti pada sebuah trit yang
menarik, coba simak kawan-kawan. Trit mengenai obrolan tukang cukur dengan
pelanggannya:
Pada suatu hari, datanglah seorang pelanggan di sebuah
tempat cukur di sudut kota. Terjadi dialog antara keduanya:
Tukang cukur:"Saya tidak percaya Tuhan itu ada".
Pelanggan: "Kenapa kamu berkata begitu??" timpal
si konsumen.
Tukang cukur: "Begini, coba Anda perhatikan di depan
sana, apa yang terjadi di jalanan itu menunjukkan bahwa Tuhan itu tidak ada!
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, mengapa ada orang sakit?, mengapa ada
anak terlantar?? Jika Tuhan ada, pastiah tidak akan ada orang sakit ataupun
kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana Tuhan Yang Maha Penyayang
akan membiarkan ini semua terjadi."
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon
karena dia tidak ingin memulai adu pendapat. Si tukang cukur menyelesaikan
pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di
jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar, kotor, lengkap dengan brewok yang tidak dicukur.
Orang itu terlihat sangat lusuh dan tidak terawat. Si konsumen kembali ke
tempat si tukang cukur dan berkata," Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA
TUKANG CUKUR."
Si tukang cukur tidak terima,"Kamu kok bisa bilang begitu ?? Saya disini dan saya tukang cukur. Dan
barusan saya mencukurmu!"
"Tidak!" elak si konsumen. "Tukang cukur itu
tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang
dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana,"Si konsumen menambahkan sembari menunjuk orang yang baru lewat di depan kios si tukang cukur.
dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana,"Si konsumen menambahkan sembari menunjuk orang yang baru lewat di depan kios si tukang cukur.
"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!" sanggah
si tukang cukur. "Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri,
kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.
"Cocok!" kata si konsumen menyetujui."Begitulah
Tuhan. Itulah point utamanya! Begitu halnya dengan Tuhan, Tuhan itu juga ada,
tapi apa yang terjadi? orang-orang tidak mau datang kepada-Nya, dan tidak mau
mencari-Nya. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia
ini. Apakah Tuhan harus memaksa untuk datang kepada-Nya baru dunia tidak ada
kesusahan? Semua kembali pada diri kita masing-masing..”
Satu cerita yang menyentakkan bukan? Maknanya? Silahkan
ambil sedalam-dalamnya. Terlepas dari itu, hingga sekarang aku belum tahu siapa
pengarang cerita yang luar biasa ini. Makna yang terkandung di dalamnya sangat
berbobot dan patut diacungi jempol. Kenyataanya kebanyakan dari kita memang dalam
kondisi “terlampau jauh” untuk memaknai keberadaan tuhan. Diakui ataupun
disangkal, kebanyakan dari kita beragama adalah karena orang tua kita beragama.
Akankah kita beragama ketika kita dilahirkan oleh orang tua yang tidak beragama?
Atau akankah kita menganut agama yang sekarang kita yakini jika kita dilahirkan
dari orang tua yang menganut agama lain?
Satu pertanyaan retoris yang tak perlu dijawab. Tapi justru
di sinilah letak berharganya sebuah iman. Di mana iman KTP dengan iman hakiki
mampu dibedakan dengan lugas. Dunia modern tidak mengajarkan sama sekali
hakikat tuhan, dan hanya menggunakan agama sebatas formalitas. Liberalitas dan
Kapitalitas hanya membutakan manusia; bahwa kebahagiaan itu hanya diperoleh
dengan jalan kaya raya dan memaknai sebuah kemiskinan sebagai suatu kebodohan
dan kesialan. Satu bingkai hidup yang teramat sempit dan semu.
Ahh, beruntungnya malam ini bisa diingatkan dengan satu
cerita pendek ini. Sebagaimana hujan yang turun malam ini. Curahan berkahnya tidak
hanya membasahi bumi, namun juga membasahi hati ini hingga ia menyuburkan iman
yang telah bersemayam sekian lamanya.. Mengukir enyum yang menentramkan hati
kita semua. Peliharalah imanmu kawan, dengan iman, kau bahkan bisa menjaga
senyum indahmu yang membuncah hingga sampai di liang lahat.. Hingga sampai di
akhirat..
keep our faith smile,