Renungan: Antara Ada dan Tiada
Genangan itu kian luas. Dipandanginya pelataran rumah yang
kini dipenuhi kubangan lumpur, basah karena hujan. Petir masih sesekali menderu
bersahutan, menggelegar dari sudut-sudut mendung yang pekat kelabu di atas sana.
Tiba-tiba, tetesan air dari beranda rumah
yang bocor mengejutkan lamunannya. Bowo terperangah.
Entah sudah berapa lama ia tepekur di kursi goyang butut, memandangi
halaman rumahnya yang sedang bermandi hujan. “Arteta,. Oh Arteta..” gumamnya
sembari menyeka dahinya yang basah karena tetesan hujan. Dihisapnya batang tembakau itu dalam-dalam.
Berharap kehangatan di dadanya dapat menyeka kegalauan hatinya. Entah sudah
batang yang ke berapa. Tembakau memang bakal merongrong usianya, sebagai
seorang dokter ia tahu betul akan hal itu, tetapi masalah yang ia hadapi terasa
lebih penting daripada sebuah urusan hidup dan mati.
Sudah seminggu berlalu semenjak Arteta, kekasih hati yang ia
dambakan pergi meningalkan dirinya. Namun bukan itu yang menyesakkan batinnya.
Keanehan demi keanehan yang ia hadapi akhir-akhir ini membuat hidupnya tidak tenang.
Hal yang sukar dimengerti logika. Mungkin ini salah satu bukti bahwa ketulusan
cinta mampu menembus dimensi ruang dan waktu. Menembus akal sehat yang membuat
kita terperangah. Berikut adalah kisah nyata
antara Bowo dan Arleta (bukan nama sebenarnya) yang terjadi baru-baru ini di
wilayah Jawa Barat. Alamat, rincian kejadiannya juga turut disamarkan demi
menghormati keduanya yang juga teman sejawat satu profesi dengan penulis.
***
Arteta dan Bowo adalah sepasang kekasih yang saling
mencintai. Mereka berdua sama-sama kuliah di jurusan kedokteran sebuah
universitas negeri ternama di Jakarta, dan telah menjalani sumpah beberapa
bulan lalu. Mereka adalah pasangan dokter yang sangat serasi. Semasa kuliah dan
kepaniteraan klinik (coas), teman-teman mereka berdecak kagum dengan kecocokan
mereka.
Tak sedikit teman yang cemburu dengan tali kasih di antara
mereka. Bowo dan Arteta begitu mesranya. Mereka kerap terlihat makan berdua di
kantin, kadang Arteta membawakan bekal masakan dari rumah dan memberikannya
kepada Bowo kala mereka kuliah. Kadang Bowo yang gemar bermain musik juga
menyayikan lagu-lagu yang digemari Arteta, mengantar pergi Arteta kemanapun
Arteta ingin pergi. Kemesraan mereka berdua juga terlihat dari perhatian antara
keduanya di dunia maya, via Facebook dan Twitter. Bahkan, keduanya acap terlihat
berkomunikasi via telepon kala tidak bisa saling jumpa. Perbedaan stase klinik
yang mereka jalani kerap membuat waktu bertemu mereka tidak sesering dulu.
Tetapi itu tidak menjadikan penghalang bagi keduanya untuk dapat saling memberi
perhatian. Tidak jarang keduanya terlihat terlibat percakapan telepon yang
teramat panjang. Bahkan jika hari libur tiba, mereka dapat saling telepon
hingga seharian.
Keduanya telah sepakat memakai operator seluler yang sama. Bahkan
Arteta rela mengganti nomor Ind*sat yang telah bertahun lamanya ia gunakan
dengan nomor Telkomsel yang cakupan sinyalnya lebih bagus. Arteta pun saking
cintanya pada Bowo, ia selalu membawa HP kesayangannya di manapun; di dapur, di
jalan, bahkan hingga kamar mandi. Benar-benar maniak HP. Seharian penuh ia
tidak bisa lepas dengan HP nya. Semata-mata hal ini ia lakukan demi
komunikasinya dengan sang pujaan hati, Bowo, agar tidak terputus. Bahkan sempat
ia berpesan kepada ibunya bahwa jika suatu hari ia meninggal, ia ingin HP nya
dibawa serta dalam kuburnya.
Singkat cerita, suatu hari, hal yang tidak dinyana-nyana
terjadi. Arteta mengalami kecelakaan kala hujan lebat melanda kota Cirebon. Ia terpeleset
kala menghindari lubang besar di tengah jalan. Tubuhnya terjatuh dan sebuah Bus
melindasnya. Pertolongan pertama yang diberikan sudah sedemikian maksimal.
Namun apa mau dikata, arteta meninggal kala dilarikan ke rumah sakit.
Keluarganya terguncang. Segenap sanak saudara bersedih
mengetahui hal ini. Ibu Arteta seakan tidak percaya dengan apa yang dialami
putrinya. Ia enggan memberitahu Bowo bahwa Arteta telah tiada. Ia tidak tega
bagaimana sedihnya Bowo jika ia mengetahui hal ini.
Prosesi pemakaman pun dilangsungkan. Dan keanehan pun
terjadi. Ketika prosesi doa telah dilangsungkan, tiba-tiba keranda yang berisi
jasad Arteta tidak dapat diangkat. 10 orang bahkan lebih telah berusaha
mengangkat peti keranda Arteta itu. Tapi sejengkal bergeser pun tidak. Peti
keranda Arteta laksana berisi berton-ton besi yang tak mampu digerakkan oleh
siapapun. Seorang kyai yang juga sesepuh di daerah itu membaca adanya gelagat
tidak beres, ia lalu menghampiri ibu Arteta dan menanyakan:
“Adakah pesan dari almarhumah sebelum ia pergi Bu?”
Ibunya pun berpikir sejenak. Kemudian ia bergegas mengambil sesuatu dari kamar anaknya itu dan menghampiri pak Kyai, “Ini Pak Kyai, Apa mungkin HP ini? Dulu pernah Arteta berpesan bahwa jika ia meninggal, ia minta HP nya dibawakan serta ke dalam liang lahat..”
Tanpa pikir panjang, peti keranda pun lalu dibuka, dan HP
kesayangan Arteta itu dibaringkan tepat di pelukan jenazah Arteta. Lalu? Ya.
Keanehan itu tiba-tiba hilang! Peti itu pun sekarang mampu diangkat dengan
mudah. Memang sekian detik keheranan menyeruak di tengah keramaian jamaah
takziyah, tetapi dengan sigap Pak Kyai meminta agar prosesi pemakaman segera
dilanjutkan, mengingat waktu sudah semakin sore. Maka petang itu, ditemani
gerimis dan kelabunya mendung, Arteta disemayamkan dengan damai.
Keesokan harinya, tepat saat itu adalah hari ulang tahun
Arteta. Telfon kamar tengah bordering dan ibu Arteta bergegas mengangkatnya.
Benar sekali, suara Bowo nyaring terdengar dari ujung telefon:
“Ibu, Bowo nanti maen ke rumah. Arteta kan pulangnya sorean
ntar, Bowo dah bawa kejutan. Tolong jangan bilang-bilang Arteta kalo Bowo mau
kasi surprise ya Bu..”
Ibu Arteta terhenyak sejenak, ia hanya mampu mengiyakan apa
yang Bowo katakan. Dalam benaknya, ia telah bertekad ingin memberitahu Bowo
perihal kepergian Arteta nanti ketika Bowo telah datang. Ia tak memiliki
pilihan lain selain memberitahukan hal ini, sepahit apapun kenyataannya, bahwa
Arteta telah tiada.
Benar begitu. Selepas dzuhur datanglah Bowo beserta sebuah
kotak besar di tangannya, dengan bungkus kertas kado berwarna pink. Ya.
Terlihat jelas ia membawa surprise bagi kekasihnya itu. Ibu Arteta sempat
terdiam di depan pintu tatkala kekasih almarhumah anaknya itu datang dengan
semangatnya.
“Ibuu., Bowo bawain ini buat Arteta. Yuk kita taruh di kamar
Arteta sebelum dia datang Bu..”, dengan semangat menggebu Bowo menghampiri ibu
Arteta.
“Sebentar Bowo, memang bener hari ini ultah Arteta, tetapi
ada hal penting yang ibu ingin sampaikan..”
“Apa Bu?..”, tanya Bowo dengan raut muka ingin tahu.
“Kamu jangan sedih dulu,” suara ibu Arteta mulai berat. “Ibu
juga tidak tahu mengapa ini terjadi begitu cepat nak..”
“Ada apa Ibu, kenapa Ibu menangis?” sergah Bowo melihat
perubahan air muka calon mertuanya itu..
“Arteta,..” suara ibu Arteta tercekat kembali. “Arteta telah
tiada nak..”
“Arteta telah tiada?? Nampak Bowo terheran-heran. “Ahh, ibu
ini ada-ada aja. Lha wong saya barusan aja calling-callingan sama dia. Masa dia
udah nggak ada bagaimana? Ibu jangan bercanda ahh..”
Tiba-tiba belum juga Bowo selesai bicara, HP nya berdering nyaring
dengan ringtone khas Arteta kala menelefon.. “Nha bu,kaan.. ni buktinya. Ni telefon dari dia..” dia
melanjutkan, “Saya sejak kemaren telfonan koq sama dia, malah sedari kemaren
sore dia lebih sering telefon saya Bu. Kita ngobrol hingga larut malam. Katanya
dia kedinginan di kamarnya. Makanya saya inisiatif bawain kado selimut baru yang
cantik buat dia..” Bowo pun memperlihatkan layar HP nya yang sedang berdering
kepada ibu Arteta.
Ibu Arteta terperangah luar biasa. Bergidik begitu saja. Jelas-jelas
layar HP Bowo tertuliskan nama anaknya “Arteta” yang sedang menelepon. Masih
teringat kala ia menaruh HP di samping jenazah anaknya kala pemakaman kemarin. Sontak
dengan perasaan takut bercampur ingin tahu yang teramat sangat, ibu Arteta
menekan tombol “accept” di layar HP Bowo.. Dan menempelkan HP bowo itu lekat-lekat
pada telinganya. Dan sontak ibu Arteta pucat pasi. Apa yang ia dengar??
Ia mendengar sebuah teriakan:
“PAKE TELKOMSEL, SINYAL KUAT HEMAT!!
MENJANGKAU HINGGA KE PELOSOK MANAPUN.. (HINGGA ALAM BARZAH??)
MENJANGKAU HINGGA DARI SABANG SAMPAI MERAUKE!!
TINGGALKAN IND*SAT DAN BERALIHLAH PADA TELKOMSEL..
***
Gotcha.. KENA DEH ^ ^ itu semua hanyalah candaan kawan. Cerita ini
hanya bualan belaka. Memang hiperbolis jika sinyal kuat telkomsel menjangkau
sampai alam barzah. Ini ngaco namanya. Tetapi nyatanya memang kualitas sinyal
telkomsel nomer satu. Banyak tempat yang tidak terjangkau sinyal operator lain
masih terjangkau oleh telkomsel. Haha. Sudahlah.
Jika merasa terkibuli, daripada situ marah-marah, mending beli nomer telkomsel
baru deh. Itung-itung nanti kalo mo beneran dibawa mati hkhk.. canda.
Redakan jutaan kesedihanmu dengan satu senyuman!
tulisan ini juga telah dipublikasikan via shvoong