7.9.11

Soreku sekental kopi

Sore yang indah. Mentari masih setengah menggantang di peraduannya di balik gumulan awan di ufuk barat. Sinarnya mendayu, seakan membelai tiap dedaunan yang kering seharian melalui teriknya hari. Membalur tiap sudut-sudut rimbunnya pohon adenium di depan rumah. Aku yang duduk tepekur di samping jendela terkesiap, seakan sang mentari juga ingin menyapaku dengan lembayun sinarnya yang hangat itu. Ahh, luar biasa panorama ini. 

Kopi hangat ini masih setengah cangkir. Sengaja aku meminumnya sedikit demi sedikit. Hangatnya kopi turut menghangatkan suasana sore ini. Entah, jika kala senja menghantar hingga lewat petang perasaanku terasa damai menyaksikan romansa sore seperti ini. Burung-burung masih berkicau di kala sore di sekitar sarang mereka, unggas-unggas tetangga masih bercengkrama di sekitar sungai, hingga nantinya kicau dan riuhnya mereka tergantikan oleh bunyi kodok yang sedikit parau nan sumbang tapi terasa menggemaskan. “Kini aku punya banyak waktu luang menikmatinya..”, gumamku dalam hati. Luka operasi kaki kananku belum juga kering. Tulang kering dan betisku yang patah praktis seakan mematriku untuk beristirahat lebih lama. Menghentikan segala guliran aktifitasku. Menghilangkan dengan tiba-tiba segala kepenatan kesibukan per-coas-an yang acap kali menyita waktu dan tenaga. Dan tahukah kau? Indahnya sore seperti inilah yang kudamba. Terasa sangat menenangkan..

Sangat jarang aku bisa seperti ini. Duduk manis di samping jendela. Ya meski kini lain, harus sembari meringis menahan nyeri di tulangku yang patah.. Tapi saat-saat seperti inilah yang justru aku rindukan. Meresapi alam dengan tenang dan tanpa rasa terkejar apapun. Memang pada awalnya semua ini terasa sangat tidak nyaman. Semenjak masuk RS kala kecelakaan itu, guliran waktu yang biasanya terasa sangat cepat kini dipaksa melambat begitu saja. Sehari laksana setahun. Dan ini membuat sensasi psikologis yang memuakkan, sangat aneh terasa. Kalau boleh digambarkan sensasinya mungkin laksana Jet-Lag, atau secara pribadi sengaja kusebut psychological Jet-Lag. Satu neologisme ngawur, mengalir begitu saja. Haha. Paling tidak, kini aku memiliki banyak waktu luang. Tidak hanya menikmati indahnya sang mentari sebagaimana sore ini, tapi lebih kepada banyaknya waktu untuk bersyukur kepada illahi atas segala peristiwa yang telah terjadi. Merenungkan segenap episode kehidupan yang telah kulalui, dan meresapi makna hidup ini lebih dalam. Bahwa hidup ini tidaklah selalu sebagaimana apa yang kita mau, bahwa ilmu ikhlas dan sabar itu tidak akan pernah tertancap dalam kalbu hanya dengan sebatas mengucapkannya.. Hidup ini indah untuk menggali hikmah dan membiarkan Sang Khalik mengajarkan kepada kita tentang semua maknanya. Legowonya hati kitalah yang menentukan seberapa banyak hikmah yang bisa kita dapat itu.

Ah, kopiku sudah habis. Waktu juga sudah beranjak sore. Sangat senang sore ini bisa berbagi denganmu semua kawan.. Semoga hari-hari kita menyenangkan.. 

Tulisan ini juga telah dipublikasikan dalam shvoong

Powered by Blogger.

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP