3.10.11

Kala 'Kidung' Bicara

Tak selamanya,.. 
Mendung itu kelabu.. ♪.. Nyatanya,.. hari ini,..
... Kulihat begitu ceria..
Hening malam terpecah. Vokal Almarhum Chrisye mengalun khas membius malam. Kumpulan jangkrik di luar seakan turut menyanyi, mengiringi di tengah dinginnya balutan angin malam. Praktis, seakan-akan tak hanya aku yang menikmatinya. Lagu berjudul ‘kidung’ ini memang terdengar mengalun merdu. Sengaja kuputar MP3 selarut ini untuk sekedar menemaniku menonton bola. Skor yang masih saja sama, 1-0 semenjak babak pertama membuatku jemu. Barca oh Barca, melawan tim selemah Sporting Gijon saja seperti tumpul, sukar sekali menambah angka. 

“Tak selamanya,.. mendung itu kelabu..”, lirik reff lagunya yang ringan terdengar kembali. Perhatianku sontak beralih dari layar televisi pada lagu ini. Memang ringan kata-katanya, tapi terasa dalam maknanya. Mendung hampir selalu saja dikiaskan sebagai sesuatu hal yang buruk, dilukiskan sebagai hal buram yang menyedihkan. Perumpamaan yang tidak begitu jauh dari makna lugasnya, bahwa mendung hampir selalu nampak hitam kelabu menggantang di atas sana. Tapi tak selamanya kelabu bukan? 

Bagaikan roda kehidupan, hidup selalu berputar. Kadang kita di atas, kadang pula kita di bawah. Kapan kita di bawah? tidak ada yang tahu pasti kapan. Tapi berada di bawah kapan-kapan? itu merupakan sebuah kepastian. Maka mendung sebagai interpretasi suatu keadaan ‘di bawah’ pastilah datang pada hidup seseorang. Pasti setiap
dari kita mengalami cuaca mendung itu dalam hidupnya. Entah seberapa sering, entah seberapa berat.

Masalah, problematika, gejolak hidup, seberapapun kualitasnya merupakan hal yang pasti dalam hidup ini. Semua stressor tersebut praktis bagaikan gado-gado, tak cukup satu, tapi kedatangannya kadang bermacam-macam dalam satu waktu. Membuat sensasi nano-nano yang cukup memuakkan bagi sebagian orang. Sebenarnya, sebagaimana yang kita jumpai dalam ilmu psikologi, bagaimana seseorang menghadapi stressor menentukan seberapa kualitas pribadi seseorang. Jika seseorang mampu menyelesaikan masalah yang datang kepadanya dengan baik, justru hal tersebut makin meningkatkan kepercayaan dirinya, dan seperti bermain game saja, pribadi orang tersebut akan ‘naik level’ ke tingkat yang lebih tinggi. Ketahanan orang tersebut meningkat sejalan dengan datangnya stressor. Makin seseorang mampu menyelesaikan setiap masalah, maka makin tinggi pula level ketahanan dirinya. Sebaliknya, seseorang yang tak mampu menyelesaikan permasalahan yang datang dengan baik, akan membuat level ketahanannya terhadap stressor sangat lemah, kepercayaan dirinya rendah, cenderung bergantung pada orang lain. Bahkan tak sedikit terbentuk pribadi-pribadi yang lebih suka meninggalkan masalah begitu saja, lebih daripada menyelesaikannya dengan baik. Padahal bisa jadi masalah yang sama akan terulang kembali di masa yang akan datang. 

Lantas korelasinya apa? Coba kita nyanyikan lagi lirik lagu ‘kidung surga’ almarhum Chrisye: Tak selamanya mendung itu kelabu. Nyatanya hari ini. Kulihat begitu ceria. Inilah poinnya. Mendung adalah kepulan awan yang mengumpul sedemikian rupa. Bagaikan rundungan selusin masalah tiba-tiba hadir dalam hidup kita. Meski masalah datang menyergap, nyatanya bisa-bisa saja mendung bisa tidak kelabu, justru ia nampak cerah. Lantas bagaimana bisa tetap cerah? 

Kuncinya adalah bagaimana kita memandang masalah tersebut. Letakkan masalah sebagai tantangan, jangan letakkan sebagai musibah. Jika cara pandang kita seperti itu, maka secara psikologis kita akan selalu siap menghadapi masalah yang hadir dan selalu berusaha menyelesaikannya dengan baik dan menjadikan pribadi kita terdorong untuk ‘naik level’. Paling tidak kita mendapatkan jiwa optimisme, meski memang pada kenyataannya tidak setiap masalah pasti dapat diselesaikan dan kelabunya mendung itu memang benar-benar datang. Tetapi dengan optimisme, tidak menutup kemungkinan kita mampu menyelesaikan setiap masalah yang hadir dalam hidup ini dengan baik dan menangkal kelabunya mendung. Inilah bukti bagaimana mendung tidak selalu nampak kelabu. Bahkan kita bisa membuatnya cerah dan membuatnya menjadi sebuah kenyataan. 

Teringat bunyi ayat dalam Quran surat Al-Insirah 5-6, “Di balik kesulitan, pasti ada kemudahan. Sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada kemudahan”. Ini menegaskan bahwa selalu ada jalan keluar pada tiap-tiap sulitnya persoalan. Toh bukankah Allah tidak memberi cobaan pada hambaNya melebihi kesanggupannya? Maka untuk apa takut menghadapi mendung kalau kelabu atau cerahnya adalah persepsi kita sendiri? Cerahkan saja, mari buat kecerahan hari ini nyata adanya, meski mendung itu hadir, apapun bentuknya, seberapapun beratnya dalam hidup ini. 

Begitulah, sebuah lagu yang begitu penuh makna. Mari nyanyikan lagi. "Tak selamanya.. mendung itu kelabu.. Nyatanya hari ini... kulihat begitu ceria.."

 
Semoga kecerahan mewarnai hari-hari kita semua, meski mendung menggantang di atas sana.


tulisan ini juga telah dipublikasikan dalam shvoong.com

Powered by Blogger.

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP