30.10.11

Bumi Menua di Pelukanmu

Matahari pun meredup jengah, tak kuasa peraduannya direnggut paksa. Gumulan hitam itu mulai meringsek langit Jogjakarta. Bagaikan ombak dengan berton-ton jelaga, mendung hitam sekonyong-konyong menghampar cakrawala. Mendekap kota tua yang telah sekian lama gersang dari buaian rintik hujan. Kerinduan itu hampir datang. “Ah, hampir hujan”, gumamku. 

Ya begitulah. Hujan bagaikan emas yang selalu dinanti. Namun sayangnya, meski akhir-akhir ini hujan sering datang, tetapi tidak begitu lama, hari tetap berlanjut terik yang menyengat dan sangat menyebalkan. Cuaca yang tidak menentu membuat banyak hal berubah. Sadarkah kita? Mungkin akhir-akhir ini diantara kita ada yang lebih cenderung suka air es, konsumsi minuman dingin meningkat, jadwal mandi berubah menjadi 3x sehari atau lebih, lebih sering berganti baju, atau bahkan mematung di depan kipas angin hingga berjam-jam?

Read More ...

16.10.11

Jongkok dan Tersenyumlah!

Nano-nano. Sensasinya campur aduk. Tapi wow, sekian detik nafasku tertahan begitu saja dan pikiran sekonyong-konyong seperti dihujami ratusan ide gila. Imajinasi seperti terlempar lepas begitu saja tanpa beban. Mungkin sedikit aneh bin konyol.  Tapi benar begitu, mengejan memang menyenangkan. Apa? Mengejan menyenangkan??

Iya, mungkin cukup menggelikan. Bahkan tak sedikit yang berpikir jorok. Tapi tunggu dulu, pernahkah kita mencermati “sisi lain” dari rutinitas harian kita ini? Mungkin kita sudah underestimated terlebih dulu dengan kata ‘mengejan’, senyatanya tak banyak orang berbincang mengenai hal ini. Mungkin risih? Atau masih mengkategorikannya sebagai suatu hal yang tabu untuk dibicarakan? Padahal bisa jadi, jika kita lebih menghayati apa itu ‘mengejan’, kita dapat memperoleh senjata rahasia paling mutakhir untuk mendulang emas!

Eits, jangan bayangkan emas batangan terlebih dulu ya, ada baiknya kita telisik dulu. Ternyata, saat kita mengejan, terjadi penekanan terhadap dinding anus sedemikian rupa sehingga memberikan pacuan luar biasa terhadap saraf-saraf otak, hingga tak sedikit dari kita yang mampu mendapatkan ide-ide brilian di saat-saat seperti ini. Ide-ide sensasional yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Maka bukan hal mustahil jika seseorang mampu mendapatkan pencerahan, bahkan menemukan sesuatu yang nilainya melebihi emas 24 karat sekalipun! Hal ini telah diteliti oleh dr.Peter Marsh, seorang psikolog dari Inggris. Ia menemukan bahwa tiga persen laki-laki dan satu persen wanita dari total 1000 orang responden ternyata menemukan ide-ide brilian mereka di WC. Cukup mengejutkan memang. Meski mungkin bagi sebagian orang, ini bukanlah suatu hal yang baru.

Read More ...

5.10.11

Filosofi Semar dan Togog


Suasana tiba-tiba lengang dengan sebersit nuansa kejawen yang sarat mistik dan bagaikan sihir, semua mata terpesona. Aroma diskusi politik yang memang lumrahnya panas dan tegang tiba-tiba saja sekian detik berubah sunyi mencekat. Nuansa dingin sekonyong-konyong menyeruak begitu saja. Jakarta Lawyers Club malam ini terasa begitu lain tatkala dua figur tokoh wayang Semar dan Togog tiba-tiba saja dihadirkan di tengah diskusi.

“Lihatlah, lihat dengan mata batin.. Mana yang lebih terasa sejuk di hati? apakah Togog, ataukah Semar? Dalam pewayangan kita memang sudah tahu, Togog itu pengikut kebathilan dan Semar adalah pengikut kebenaran. Tapi cobalah berandai-andai misal kita sedari awal tidak tahu mana yang orang benar dan mana yang orang salah, maka Anda semua pasti tetap bisa merasakan, dari tutur kata, sikap, tindak-tanduk, pola pikir,. mana dari kedua figur ini yang lebih sejuk?”, logat khas bak dalang kondang terdengar lantang.

Ia melanjutkan, “Sudah, jangan katakan Anda milih mana dari dua figur ini, mana yang lebih nyess, lebih nyaman disawang, simpan di hati Anda masing-masing. Ini karena memang bukan untuk diutarakan.. Inilah ngilmu rosoning ati. Ditularkan blood to blood. Yang mana tiap dari kita pasti punya. Kalau partai Demokrat orang-orangnya ‘terasa’ seperti ini (Togog) lebih banyak ketimbang yang ini (Semar), maka sudah saatnya revolusi terjadi. Itu tinggal menunggu waktu.” Dengan tatapan sangar, matanya yang mblorok menerawang dua figur di tangannya itu bergantian dengan mimik sedemikian rupa. Seakan menelanjangi keduanya di depan para narasumber dan penonton agar dapat terlihat lebih jelas.

Read More ...

3.10.11

Kala 'Kidung' Bicara

Tak selamanya,.. 
Mendung itu kelabu.. ♪.. Nyatanya,.. hari ini,..
... Kulihat begitu ceria..
Hening malam terpecah. Vokal Almarhum Chrisye mengalun khas membius malam. Kumpulan jangkrik di luar seakan turut menyanyi, mengiringi di tengah dinginnya balutan angin malam. Praktis, seakan-akan tak hanya aku yang menikmatinya. Lagu berjudul ‘kidung’ ini memang terdengar mengalun merdu. Sengaja kuputar MP3 selarut ini untuk sekedar menemaniku menonton bola. Skor yang masih saja sama, 1-0 semenjak babak pertama membuatku jemu. Barca oh Barca, melawan tim selemah Sporting Gijon saja seperti tumpul, sukar sekali menambah angka. 

“Tak selamanya,.. mendung itu kelabu..”, lirik reff lagunya yang ringan terdengar kembali. Perhatianku sontak beralih dari layar televisi pada lagu ini. Memang ringan kata-katanya, tapi terasa dalam maknanya. Mendung hampir selalu saja dikiaskan sebagai sesuatu hal yang buruk, dilukiskan sebagai hal buram yang menyedihkan. Perumpamaan yang tidak begitu jauh dari makna lugasnya, bahwa mendung hampir selalu nampak hitam kelabu menggantang di atas sana. Tapi tak selamanya kelabu bukan? 

Bagaikan roda kehidupan, hidup selalu berputar. Kadang kita di atas, kadang pula kita di bawah. Kapan kita di bawah? tidak ada yang tahu pasti kapan. Tapi berada di bawah kapan-kapan? itu merupakan sebuah kepastian. Maka mendung sebagai interpretasi suatu keadaan ‘di bawah’ pastilah datang pada hidup seseorang. Pasti setiap

Read More ...

1.10.11

Keabadian di Balik Cawan Memori

Segelas cangkir kopi hangat ini cukup untuk mengawali hari. Koran pagi juga sudah menyapa di meja. Mengusik hati tuk segera menjamahnya. Berita pagi televisi bak nyanyian burung pendatang baru, sukar tuk dilewatkan. Sementara di balik jendela, raut mentari nampak malu sebelum ia kulihat mulai berseri kini. Jajaran bunga-bunga adeniumku juga sedang terlihat sibuk menggeliat melepaskan diri dari selimut embun yang semalaman penuh menggelayuti. Ahh, memukaunya aroma pagi. Ingin kusimpan keceriaan pagi seperti ini. “Andai saja sehenyak episode pagi seperti ini bisa dipetik dan disave dalam piranti elektronik, pasti sedari dulu sudah penuh hardisk laptopku ini”, gumamku mengkhayal dalam hati. Tetapi memang, memori teramat mahal, ia tak tertebus oleh apapun. Apalagi jika memori itu terasa manis. Pasti ia lebih mahal dari emas 24 karat sekalipun. 


Bicara mengenai memori memang menarik. Setiap orang pasti memilikinya. Entah itu memori manis ataupun pahit. Ilmu pengetahuan berusaha mengungkap semuanya, tentu dengan segenap teori-teori yang dibangun sedemikian rupa. Namun, sejalan dengan kutipan dalam world-mysteries.com, memori otak manusia

Read More ...
Powered by Blogger.

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP